Konsep Penangguhan
Dari literatur yang ada, secara garis besar muncul dua konsep yang dianut oleh kalangan penggemar/pemerhati keris, Konsep Penangguhan pertama dengan membagi keris dalam penangguhan Kuno (masa awal kerajaan Mataram Kuno sampai berdirinya Kerajaan Kahuripan, biasa juga disebut Tangguh Purwocarito), Madya Kuno (Masa Kerajaan Singosari, Jenggala, Kediri) Sepuh Tengah (Masa Kerajaan Pajajaran, Majapahit, Blambangan), Tengahan (Masa Kerajaan Pengging, Demak, Pajang, sampai Mataram Sultan Agung) dan Nom (Masa Kerajaan Kartosuro, Surakarta, Yogyakarta sampai pertengahan abad XIX). Konsep Penangguhan Kedua terkait masa berdirinya kerajaan dan wilayah (sekilas dapat dilihat pada tulisan sebelumnya).
Konsep Keris Lama dan Baru
Berdasarkan konsep ini keris dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu keris lama yang terdiri atas keris tua dan nem-neman, dan keris baru. Penggolongan keris lama adalah keris yang dibuat sebelum akhir abad XIX dan keris baru adalah keris yang dibuat setelah pertengahan abad XIX. Yang disebut keris tua dan nem-neman sendiri ada beberapa pendapat, antara lain bahwa yang disebut keris tua adalah keris yang dibuat pada masa kerajaan Majapahit dan sebelumnya. Pendapat lain menyatakan bahwa keris yang dibuat pada masa pemerintahan Mataram Sultan Agung dan sebelumnya dapat dikelompokkan sebagai keris tua. Pada prinsipnya dengan kondisi fisik yang sama keris lama secara umum nilainya lebih tinggi dari keris baru.Klasifikasi berdasarkan keaslian (originality)
Berdasarkan konsep ini kita mengenal keris asli (utuh dan tidak utuh), keris besutan dan keris owah-owahan. Keris asli adalah keris yang tidak mengalami perubahan bentuk pada bilah yang dapat menyebabkan perubahan dhapur dan juga tidak mengalami penambahan pamor yang dilakukan dalam rentang waktu yang jauh setelah keris jadi. Penggantian ganja keris masih dapat dikatakan tidak menghilangkan keaslian keris, demikian juga dengan pemberian kinatah dan sinarasah.
Keris besutan berasal dari keris lama yang karena adanya aus terutama pada sisi tajam keris yang diproses menjadi halus kembali tanpa merubah dhapur atau pamor keris. Sebagaimana diketahui, bahwa logam pada keris lama kadang pada sisi tajamnya membentuk semacam keropos tajam atau istilahnya ngeron tebu. bagian ini yang dihaluskan dengan tujuan untuk estetika dan juga pengawetan. Hasil dari besutan mengakibatkan ukuran bilah keris menjadi lebih ramping. Sebagian penggemar keris kurang menyetujui proses ini, tetapi sebagian yang lain menyetujui dengan alasan untuk pelestarian keris, sebab kondisi ngeron tebu semakin lama akan membuat keris keropos dan patah.
Keris owahan adalah keris yang berubah dari bentuk aslinya, baik menyangkut bilah, rincikan dan pamor. Dan ini sering mengandung unsur penipuan. Beberapa proses perubahan antara lain :
- keris lurus dirubah jadi keris luk. Kalau sifat perubahannya menjadi luk di bawah luk 13 biasanya luknya "kemba" atau samar. Sedangkan jika diproses menjadi luk 13 atau lebih biasanya luknya relatif rengkol dan rapat. Cara pengamatan yang mudah adalah melihat ujung bilah. Keris luk lama biasanya ujung bilah tidak lurus, ada belokan apakah itu cenderung ke depan atau ke belakang. Cara lainnya perhatikan tengah bilahnya, apakah seirama artinya cenderung bersambung dari pangkal ke ujung dan perhatikan pula pola serat besi. Keris luk pola serat besi pasti mengikuti luk. Penulis pernah menemui pola perubahan keris ini di Bandung.
- Dirubahnya dhapur keris dengan mengganti rincikan keris. Beberapa yang kami jumpai adalah keris yang tanpa kembang kacang, dirubah menjadi ada kembang kacang atau merubah kembang kacang biasa menjadi kembang kacang pogog seperti dari dhapur Kalamisani (kembang kacang biasa) menjadi dhapur Pasopati (kembang kacang pogog). Atau dhapur tertentu menjadi Dhapur Karna Tinanding. Yang lebih parah adalah merubah gandik biasa menjadi stilasi naga, singo barong, putut dll. Ada juga yang memberi sogokan baik depan maupun belakang yang menyebabkan penyebutan dhapurnya berubah. Untuk pola yang terakhir ini agak susah mendeteksi jika tidak biasa bergaul dengan keris. Untuk pola sebelumnya, yang perlu diperhatikan adalah posisi gandik ataupun kembang kacang terhadap bilah keris secara keseluruhan dan ganjanya. Dalam konsep pembuatan keris secara umum, kembang kacang pasti melebihi panjang ganja, sedangkan stilasi naga, singo barong pada lekukan bilah dari ujung pasti akan menonjol ke depan. Dan perhatikan pula ketebalan serta lebar sor-soran keris dibanding tengah dan ujung bilah.
- Perubahan pamor, biasanya pamor miring atau rajah yang diwujudkan dalam bentuk pamor. Pada prinsipnya penambahan pamor ini dapat dilakukan segera setelah keris jadi atau setengah jadi dengan cara men 'drip' /melukai/melubangi bilah dan kemudian memasukkan pamor untuk kemudian ditempa lagi. Jika prosesnya demikian tidak dapat dikatakan merubah pamor. Tetapi akhir-akhir ini penulis temui ada kesengajaan yang mengarah penipuan, yaitu dengan menambah pamor pada bilah keris lama seperti pamor batu lapak, udan mas, kuta mesir, rajah suleman dll dengan tujuan untuk menaikkan nilai keris. Karena logam keris harus dipanaskan dan ditempa ulang maka hasilnya cenderung malah kurang bagus. Untuk memastikan sebenarnya cukup mudah, antara lain perhatikan logam di sekitar pamor tambahan menyangkut tekstur, warna dan ketebalan tersebut apakah sama dan menyatu dengan logam lainnya. Berikutnya perhatikan tampilan pamor, apakah sama dengan pamor lainnya.
- Perubahan keris atau tombak menjadi bentuk yang tidak jelas dengan membuat ukiran krawangan atau juga membuat menjadi keris yang pakem/dhapurnya tidak jelas. Untuk yang terakhir ini sebaiknya jangan sekali-sekali dikoleksi, mengingat jika kita berminat sama saja dengan mendorong perusakan benda budaya.
Keris pusaka
Beberapa literatur menuliskan bahwa untuk keris pusaka ( lama), pada masa dulu dibedakan antara keris ageman dan keris tayuhan. Keris ageman digambarkan sebagai keris dengan kualitas bagus sedangkan keris tayuhan cenderung kurang bagus karena yang diharapkan adalah tuah keris. Hanya disini tidak pernah secara tegas dicontohkan model keris ageman itu yang seperti apa demikian juga model keris tayuhan.
Selanjutnya ada juga yang membedakan antara keris 'dalam' dan keris 'luar'. Istilah ini muncul belakangan terutama pada masa Surakarta. Pengertian keris dalam adalah keris yang dibuat oleh mpu keraton sedangkan keris luar adalah keris yang dibuat oleh mpu yang tidak mengabdi pada keraton. Keris dalam selalu digambarkan sebagai keris yang sempurna baik dari sisi logam pembuat (besi, baja), bahan pamor (meteorit diasosiasikan pamor Prambanan) maupun kualitas garap. Sedangkan keris luar digambarkan dengan logamnya tidak bagus, pamor kurang bagus dan kualitas garap kurang bagus. Padahal yang namanya mpu kan juga manusia, sangat dimungkinkan meski dengan bahan pembentuk keris yang bagus dijumpai juga kegagalan. Dan mpu yang tidak mengabdi pada keraton toh juga dapat memperoleh pamor meteorit termasuk pamor Prambanan.
Penulis sendiri lebih condong untuk membedakan kualitas keris dengan istilah keris baik, sedang dan keris rucah. Keris unggulan yaitu keris yang dari segi kualitas garap bagus dengan pakem yang benar dengan bahan pembentuk yang prima, baik bahan logam, baja maupun pamor.
Keris kualitas sedang keris yang dari segi kualitas garap bagus dengan pakem yang benar, akan tetapi salah satu bahan pembentuk keris kurang prima. Misalkan bahan pamornya bukan meteorit, besi/logam yang digunakan tidak tahan karat dll.
Sedangkan keris rucah adalah keris yang boleh dibilang asal jadi. Kadang bahan pembentuknya bagus (logam tahan karat, pamor meteorit), tetapi kualitas garap jelek dan pakem tidak benar. Keris owahan termasuk kelompok keris rucah ini.
Keris nem neman
Era pembuatan keris masa sekarang dapat dikatakan meneruskan masa keris nem-neman dengan gaya Surakarta dan Jogjakarta. Bahkan produsen keris terbesar saat ini yaitu Madura (lebih tepatnya kawasan Sumenep) jarang sekali membuat keris dengan gaya Madura Tua atau Madura Muda, cenderung mengikuti gaya Surakarta. Hal ini tidak dapat disalahkan mengingat pertimbangan komersial, yaitu bahwa keris dengan gaya Surakarta lebih disukai. Pada era sekarang ini muncul istilah keris olahan (repro), keris baru garap alus dan keris koden.
Keris olahan (repro) adalah keris yang sebagian atau seluruh pembentuk keris baik logam maupun pamor berasal dari logam dan keris/tosan aji tua. Biasanya berasal dari beberapa keris/tombak/tosan aji ditempa jadi satu keris. Biasanya yang diambil adalah bahan pamornya, sedangkan logamnya menggunakan logam sekarang yang kualitasnya bagus. Ini berbeda dengan 'keris putran', yang biasanya sebagian bahan pembentuk keris dari ganja keris tua yang masih utuh. Keris aslinya sendiri dibuatkan ganja baru.
Keris koden sesuai istilahnya adalah keris yang dibuat secara massal kurang memperhatikan mutu garap dan bahan pembentuk keris. Kadang malah pakemnya tidak diperhatikan. Biasanya dibuat untuk memenuhi permintaan pasar dan pesanan dalam jumlah banyak. dari kelompok ini kadang ada satu atau dua yang kualitas garapnya cukup bagus.Klasifikasi berdasarkan Ukuran Keris
Keris baru garap alusan menggunakan logam besi dan baja dengan kualitas prima (bahkan ada yang menggunakan damascus steel). Beberapa mpu muda sekarang ini banyak membuat keris kelengan dengan garap alusan. Ada juga yang menggunakan bahan pamor meteorit maupun nikel. Nilai keris baru garap alusan ini kadang sangat tinggi. Beberapa karya mpu muda yang sudah mempunyai nama atau menang dalam perlombaan dihargai hingga puluhan juta.
Tapi seiring dengan komersialisasi kadang muncul perilaku negatif, yaitu memesan keris ke besalen-besalen di Kediri, Madura dll dengan kondisi masih kasar untuk kemudian disempurnakan. Berdasarkan informasi yang dapat dipercaya, bahkan ada mpu muda yang namanya cukup populer, besalennya tidak pernah hidup tetapi produksi kerisnya selalu muncul. (hopo tumon???). Bagi penggemar keris pemula, penulis sekedar mengingatkan dalam memilih keris baru ini tidak perlu mempertimbangkan mpu pembuatnya.
Dari beberapa literatur dikenal adanya keris dengan pakem baku dan keris kalawija. Keris kalawija diidentikkan dengan keris yang jumlah luk-nya melebihi 13 dan biasanya ukurannya lebih dari keris pada umumnya. Selanjutnya berdasarkan ukuran, keris dapat diklasifikasikan menjadi Keris Corok, Keris Normal, Keris Kecil (patrem) dan Jimat.
Ukuran keris normal biasanya berkisar antara 33 sd 39 cm, sedangkan keris kecil (biasa disebut patrem) ukurannya kurang dari 30 cm sampai dengan sekitar 15 cm. Ukuran panjang yang kurang dari 15 cm tidak dapat diklasifikasikan sebagai keris, lebih cocok disebut 'jimat'. Keris dengan ukuran di atas 40 cm disebut keris corok, biasanya pada masa dulu dimiliki oleh orang dengan sifat dan ciri khusus. Pada saat ini keris corok yang lama dengan kondisi bagus cukup tinggi nilainya.
penjelasan labih lengkap kontak 085786016398 atau pin 7e6d1103
0 komentar:
Posting Komentar